Berapa Minimal Jumlah Sampel dalam Research?
Ini pertanyaan yang sering sekali saya dengar dari teman-teman researcher. Jadi berapa sih sebenarnya minimal jumlah sampel untuk research kualitatif dan kuantitatif?
Tidak ada rumus baku untuk jumlah sampel. Untungnya, ada beberapa rule of thumb yang bisa diadaptasi sesuai kebutuhan.
Walaupun ada perbedaan cara untuk menentukan jumlah sampel antara research kualitatif dan kuantitatif, ada satu prinsip umum yang berlaku untuk keduanya:
Semakin banyak jumlah kelompok (segmen) yang ingin kita analisis terpisah, maka pastinya semakin banyak sampelnya.
Kita bahas contohnya di bawah ya.
Disclaimer
Patokan-patokan yang saya bahas setelah ini berdasarkan pengalaman saya, silakan dikritisi bila ada pengalaman lain ya. :)
1. Research kualitatif
Emang kalau 5 orang doang valid ya? Bisa ga sih kita wawancara 30 orang?
Pasti sering dong denger komentar begitu dari klien/ stakeholder? Padahal, research kualitatif itu bukan mencari banyak-banyakan jumlah, yang penting adalah memahami karakteristik masing-masing kelompok lewat perwakilan-perwakilannya.
Pertama, kita sepakati dulu ya, satuan sampel di kualitatif itu bukan kita sebut orang, tapi unit sampel. Ini karena misalnya 1 FGD itu lebih dari 1 partisipan.
Berdasarkan pengalaman saya, untuk tiap kelompok yang mau di-research, minimal ada 3 unit sampel. Dengan begitu, bila ada perbedaan jawaban antara 2 unit sampel, maka ada unit ketiga yang membuat kita dapat melihat polanya lebih jelas.
Selain itu, proporsi unit sampelnya juga sebaiknya disesuaikan dengan proporsi tiap kelompok di populasi (bila ada datanya). Tentunya, ini tidak harus benar-benar proporsional, yang penting tergambar bahwa kelompok yang lebih banyak di populasi memiliki perwakilan unit sampel yang lebih banyak.
Contoh
Proporsi pengguna aplikasi X berdasarkan survey terakhir adalah demikian:
Maka, kemungkinan jumlah sampel untuk research-nya begini:
Terlihat setiap gender secara total ada perwakilan lebih dari 3 unit dan setiap kelompok usia secara total ada perwakilan lebih dari 3 unit, kecuali wanita usia 35+ (proporsi terlalu sedikit dan bukan prioritas bisnis).
Prinsip di atas mungkin terlihat berbeda dengan patokan dari Nielsen Norman Group yang populer di antara UX researcher - minimal wawancara 5 orang.
Sebenarnya, mirip kok. Poin yang paling penting adalah kita memastikan 5 unit sampel ini punya perwakilan dari SETIAP SEGMEN yang ingin dipelajari.
2. Research kuantitatif
Di dunia akademis, ada ‘legenda’ bahwa minimal jumlah sampel survey itu 30 orang. Ini benar ga ya? Ini jujur kurang tahu darimana legendanya, tapi pada praktiknya untuk research bisnis, 30 orang itu biasanya terlalu sedikit.
Berdasarkan pengalaman saya, yang sering dipakai jadi patokan untuk minimal jumlah sampel kuantitatif itu sekitar 100-150 per kelompok.
Kenapa segitu?
Simpelnya, supaya dapet hasil survey yang ga beda jauh banget dari populasi - atau margin of error-nya dapat diterima - dan budgetnya masuk.
Margin of error adalah potensi perbedaan hasil survey dengan kondisi asli.
Bayangkan kalau kita melempar dart, margin of error adalah potensi kita meleset dari titik sasaran.
Misalnya hasil survey menunjukkan orang yang aware aplikasi kita itu 80%. Margin of error-nya 10%. Artinya, ada potensi bahwa yang tahu aplikasi itu di dunia nyata adalah antara 70% (80% - 10%) sampai 90% (80% + 10%).
Dengan jumlah sampel 100-150 orang per kelompok itu, kita akan dapat margin of error sekitar 8-10% (kalkulatornya di sini) per kelompok. Angka itu biasanya masih dapat diterima oleh bisnis untuk mendapatkan titik tengah dengan faktor budget juga. Semakin besar jumlah sampel, semakin besar budget tentunya.
Perlu diingat: Semakin besar populasi, maka pembagian sampel per kelompoknya juga lebih detil. Sehingga, jumlah sampel akan makin besar.
Contoh
Total pengguna aktif aplikasi A sudah 5 juta per bulan. Penggunanya yang tadinya di Jakarta saja, sudah menyebar ke kota besar lainnya. Kelompok usia juga tadinya mulai dari 18-24, sekarang ke generasi yang lebih tua juga.
Idealnya kita harus melihat perbandingan perilaku/ persepsi tiap kelompok tersebut. Contoh struktur sampelnya setelah disesuaikan proporsi jumlah pengguna juga seperti berikut.
Dengan struktur di atas, maka kita punya sampel yang cukup untuk menganalisis tiap kelompok usia di tiap kota secara terpisah, kecuali usia 35+ di Surabaya dan Makassar.
Biasanya, jumlah sampel kurang dari 100 terjadi karena budget atau memang bukan segmen prioritas. Nantinya, analisisnya tidak bisa spesifik usia 35+ di Surabaya/ Makassar. Biasanya, analisis mereka akan dicampur per kota saja atau per kelompok usia saja agar jumlah sampelnya cukup.
Sekali lagi saya ingatkan, tidak ada aturan baku untuk jumlah sampel ini. Untuk setiap kasus bisa jadi berbeda penentuannya.
Makanya, yang perlu dipastikan saat menentukan jumlah sampel adalah:
punya alasan yang rasional
sudah dikomunikasikan dengan jelas
semua yang terlibat setuju
Bagaimana pengalaman teman-teman saat menentukan jumlah sampel?