Kenapa Bisnis Seperti Tidak Mendukung Research?
Walaupun research dianggap penting, tapi sering sekali bisnis tidak mendukung research. Kenapa begitu?
Untuk menjawabnya, pertama pahami soal cara bisnis bekerja dan berpikir.
Dunia bisnis selalu ingin mendapatkan cuan, cuan, cuan (profit) secepat-cepatnya. Makanya, sekarang di dunia pengembangan aplikasi juga populer framework-framework yang berharap agar bisa membuat aplikasi secepat mungkin, misalnya agile framework atau design sprint.
Keinginan mendapatkan hasil secara cepat ini juga mungkin makin besar karena didorong oleh semakin banyaknya perusahaan rintisan (startup) yang hidup dari uang investor. Banyak dari mereka yang bertahan hidup dari satu seri investasi ke seri investasi berikutnya. Jumlah uang yang ‘dibakar’ terbatas, jadi mereka harus memastikan mereka dapat menunjukkan hasil secepatnya untuk menarik investor seri berikutnya.
Kata kuncinya jadi kecepatan mendapatkan penghasilan.
Lalu bagaimana mereka memandang research?
Research dilihat sebagai cara untuk memahami pengguna, agar produknya sesuai kebutuhan laku. Akan tetapi, klien/ stakeholder hanya ingin hasil, bukan prosesnya. Kenapa? Kembali ke hasrat mendapatkan penghasilan secara cepat.
Saat researcher tidak memahami kondisi di atas, akan terjadi misalignment.
Beberapa contoh misalignment:
Researcher kadang datang dengan pemikiran bahwa proses research sama pentingnya dengan hasil research. Researcher membuat planning dengan metode dan sampel yang ideal - lengkap dengan timeline ideal (panjang) tentunya. Lalu setelah dibaca oleh klien/ stakeholder, familiar dengan respon ini?
Klien/ stakeholder: Ini kelamaan. Bisa ga ya dapet hasilnya besok atau paling lambat lusa? Kalau gabisa, yauda deh. Langsung aja gausah research.
Researcher dapat menjelaskan temuan di research dengan baik, namun rekomendasi yang diberikan terlalu umum atau kurang kongkrit. Biasanya, jawaban klien/ stakeholder:
Jadi, kita harus ngapain? - bingung
Jadi, researcher harus gimana ya?
Researcher harus sangat paham apa yang diinginkan dan dipedulikan oleh klien/ stakeholder.
Contohnya: klien/ stakeholder sedang ingin tahu cara terbaik meningkatkan awareness. Untuk itu, researcher perlu tunjukkan channel-channel dan angle apa yang akan meningkatkan awareness.Research adalah cara mencapai tujuan - bukan tujuannya. Fokuslah pada tujuan.
Contoh: bila memakai metode interview ternyata secara waktu terlalu lama, maka researcher perlu memikirkan metode lain yang optimal (tidak harus ideal) untuk menjawab pertanyaan klien/ stakeholder.Secara konsisten, tunjukkan ‘perjalanan insights’ dari setiap research. Perjalanan insights adalah bagaimana insights dari research menjadi sebuah action dari bisnis dan dampaknya terhadap bisnis tersebut.
Contoh: dari hasil research kita tentang bagaimana kebiasaan orang minum minuman ringan, bisnis bisa mengembangkan sebuah produk minuman infused water dalam kemasan —> penjualan infused water tersebut ternyata membawakan pemasukan sebesar Rp2 milyar dalam 6 bulan terakhir.
Dampak dari research itu tidak terlihat secara instan. Jadi, agak sulit untuk meminta orang untuk peduli terhadap research.
Untuk itu, researcher harus memastikan semua orang tahu apa dampak dari research untuk bisnis, agar lama-lama orang dengan sendirinya sadar bahwa research itu perlu dan penting.
Kalau di tempatmu, seberapa peduli klien/ stakeholder terhadap research?